This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Minggu, 03 Januari 2010

Ayat/ Surat Favorit

Dulu saya punya ayat favorit dari Al Qur'an, yaitu: Q.S Al Insyirah 5-6. kandungan ayat itu bagi saya keren banget. Saya inget, kenapa saya mengidolakan dan memfavoritkan ayat itu pada awalnya waktu terjadi Tsunami 2004 di Aceh dulu. Sampai beberapa hari setelah terjadinya Gempa dan Tsunami yang menewaskan 100 ribu orang lebih itu, di televisi suka disiarkan iklan layanan peduli Aceh sambil diperdengarkan surat Alam Nasyrah itu. Dan entah kenapa, saya kena banget.
“Karena sesunggguhnya BERSAMA kesulitan ada kemudahan, bersama kesulitan ada kemudahan.” 2 Ayat dengan penekanan yang bagi saya luar biasa yang tidak pernah saya temukan dalam buku bagus manapun. Saya memahami ayat itu sebagai janji Allah, bahwa Dia tidak pernah menurunkan kesusahan kecuali BERSAMA jalan keluarnya, kemudahannya. Hanya saja, kebanyakan dari manusia ketika di timpa musibah dia terlalu larut dalam kesedihan, shingga terasa sulit (untuk bisa melihat dan) menemukan kemudahan yang disediakan Allah itu, dan bisa jadi dia tidak akan pernah menemukan kemudahan itu jika dia tidak pernah ikhlas menerima ketentuan Allah yang menimpanya. Tapi bagi orang yang ikhlas menerimannya, maka dia langsung bisa menemukan kemudahan itu. Saat itu juga dia bisa melihat kemudahan (hikmah) dibalik (yang sebetulanya datang bersama) kesusahan itu. Wallahu’alam.

Yang kemudian menarik lagi buat saya, saat saya baca 2 ayat dibelakangnya, ayat favorit saya jd nambah, Alam Nasyrah 5-8. beginilah terjemahan 2 ayat setelah ayat favorit saya sebelumnya itu,
“ (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (8) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”
Lagi-lagi, konsep yang tidak pernah saya temukan dalam buku motivasi manapun. Sederhananya, ayat ini menegaskan supaya kita terus-menerus dalam berbuat/ bekerja/ beramal (baik). Jangan sampai vakum/ menganggur apalagi bermalas-malasan. Subhanallah…. Dan kemudian di tutup dengan bertawakkal kepada Allah untuk semua hasilnya. Adakah hal yang lebih indah daripada urutan-urutan itu?! Q.S Alam Nasyrah 5-8 benar-benar menjadi ayat favorit bagi saya.
Tidak berhenti sampai disitu, hari-hari berikutnya saat saya mulai ‘suka’ membaca Al Qur’an dengan pelan-pelan sambil berusaha memahami artinya. Atau kadang dengan membaca terjemahannya (saya membuka secara acak biasanya), saya menemukan Surat Ar Rahman memiliki kalimat indah yang tiada duanya.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Ayat ini diulang berpuluh-puluh (31) kali dalam surat itu. Indah, Indah sekali menurut saya bagaimana Allah berbicara kepada hamba-Nya.
Maka jadilah Ayat dan surat favorit saya menjadi Alam Nasyrah 5-8 dan Surat Ar Rahman.

Lain dari itu, salah satu kesukaan saya saat menunggu iqomat adalah dengan membuka terjemahan Al Qur’an kemudian membukanya ditempat sembarang sekenanya. Maka kemudian sering saya menemukan ayat-ayat yang kadang memberi petunjuk atas masalah-masalah/ paling tidak unek-unek saya, bahkan tidak jarang juga ayat-ayat yang nyindir dan ngena banget dengan keadaan saya. Subhanallah.
Pernah suatu saat saya sedang merasa gundah dengan diri saya, bukan tanpa sebab, merasa jauh dari Allah dan banyak sekali masalah yang belum terselesaikan. Saat menunggu iqomat, seperti biasa tanpa niat apa-apa selain membaca-baca Al Qur’an untuk berdzikir, sayapun membuka mushaf lembar demi lembar. Saat membuka dan membacanya, saya mendapati surat Al Baqarah ayat 152 yang berbunyi [terjemahannya]
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”
Mungkin jika dalam kondisi lain, atau waktu yang lain ayat itu tidak terlalu mengena, tapi saat itu, saat saya didera kebimbangan, ayat ini seakan ngejak ngobrol dengan saya. Seakan menjawab semua sebab dan sekaligus solusinya untukk lepas dari segala kegundahan yang saya rasakan.
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Lanjut ayat 153.
Subhanallah, dan akhirnya ayat favorit sayapun bertambah dengan Al Baqarah 152-154.

Tapi tidak berhenti sampai disitu, setiap saya buka Al Quran dan membacanya (tidak berhenti pada membaca) untuk mempeljarai dan memahaminya, subhanallah, Allahuakbar. Setiap hari, setiap saat, setiap saya membuka lembar demi lembar mushaf Al Qur’an itu, ayat demi ayat, saya menemukan hal menakjubkan yang tiada henti dari dalamnya. Semua ayat2nya, surat2nya, mempunyai hal indah dan menakjubkan sendiri-sendiri, menyimpan motivasi dan memiliki konsep yang kuat dan matang, cerita dan misteri yang dibutuhkan pemikiran mendalam untuk mengungkapnya.
Maka kemudian saya merubah semuanya, bukan hanya ayat/ beberapa surat yang menjadi favorit untuk pegangan hidup saya, tapi seluruh isi Al Qur’an dan kandungannya menjadi kitab favorit saya, yang didalamnya terdiri dari surat demi surat, ayat demi ayat favorit, yang berisi hal menakjubkan yang tidak akan pernah ditemui dalam karya seagung apapun di dunia ini.
Subhallah. Allahuakbar.
Wallahu a’lamu bish showab.

Rabu, 14 November 2007

Mari Rayakan Hari Kasih Sayang *

Islam adalah agama rahmatan lil alamin, bukan hanya rahmatan lil muslimin ataupun lil mu’minin. Inilah sempurnanya Islam ia adalah agama untuk seluruh ummat manusia, bahkan seluruh makhluk di bumi ini. Nilai-nilai yang di bawa Islam adalah nilai-nilai Universal yang membawa pembebasan, keadilan, kasih sayang, kesejahteraan dan perdamaian, bukan sebaliknya kerusakan, peperangan, kesenjangan, ataupun keterkungkungan. Oleh karena itu Islam selalu membuka lebar apapun yang datang dari luar selama nilai-nilai yang ada tidak berbenturan dengan visi yang dibawanya (Islam).

Setiap bulan Februari, beberapa kalangan Ummat Islam dihadapkan dengan “masalah” banyaknya muda-mudi muslim yang ikut-ikutan hari Valentine, yang dilihat secara historisnya berasal dari Lupercalia (Penghormatan pada Tuhan Juno dan Pan) Romawi, yang kemudian di belokkan oleh Gereja nasrani sebagai peringatan/ penghormatan terhadap St. Valentine yang gugur setelah mengkristenkan satu keluarga romawi. Itulah salah satu versi tentang perayaan hari kasih sayang, yang saat ini ramai dirayakan oleh hampir seluruh negara di dunia.

Terlepas dari apapun yang melatar belakanginya, Tanggal 14 Februari saat ini dirayakan dalam rangka hari kasih sayang, hari perdamaian, dan hari untuk berbagi antar sesama.

Jadi, kenapa kita (muslim) tidak berhak berpartisipasi didalamnya?

Banyak kalangan muslim yang menggunakan dalil hadits nabi
“Siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk didalamnya” sebagai justifikasi bahwa seseorang yang mengikuti budaya orang lain, maka ia termasuk kelompok orang itu. Dengan kata lain, seserang yang mengikuti budaya orang non-Islam maka ia telah non-Islam (kafir). Sehingga ia dengan begitu mudah mengkafirkan seseorang.

Kita tidak bisa serta merta mengklaim sesuatu yang berasal dari luar Islam atau dengan pengertian sempit, barat, kristen, adalah hal yang pasti negatif, dan tidak bisa kita ambil sebagai nilai yang positif. Jika kita mendefinisikan dengan sempit Hadits diatas, maka dengan sempit pula kita akan menyatakan: Semua sekolah yang terdapat pramuka didalamnya adalah kafir, karena ia mengikuti bapak Pandu dunia si Lord Robert Boden Powell yang adalah kafir. Semua sekolah yang di dalamnya terdapat Palang Merah juga adalah kafir karena si Henry Dunant adalah kafir. Apakah benar seperti itu?

Menurut saya, ada spesifikasi dan ruang lingkup yang membatasi hadits tersebut, ruang lingkup hadits tersebut adalah tertuju pada hal-hal yang negatif, yang tidak bisa kita harapkan sisi positifnya. Seperti misalnya anak muda yang ikut-ikutan temannya memakai Narkoba, minum-minuman, dan hal merusak lainnya. Ataupun misalnya kita mengikuti Lupercalia dan ikut pula cara upacara yang dilakukan untuk menghormati Juno (Tuhan wanita dan perkawinan) dan Pan (Tuhan alam dan kehidupan) dengan mabuk-mabuk dan hura-hura sampai pagi. Jadi menurut saya, yang jadi masalah dalam perayaan Hari Kasih Sayang adalah cara yang dilakukannya, bukan pada perayaan hari itu sendiri.

Kita merayakan hari kasih sayang bukan dalam rangka mengikuti dengan buta (taqlid) pada hal tersebut, tetapi dalam upaya menarik dan menggeser perayaan tersebut agar bisa menjadi hal yang positif, hal yang bisa diterima oleh nilai Islam.

Allah subanahuwata’ala sendiri punya sifat kasih sayang, bahkan maha kasih sayang. Jadi kita makhluknya pun dituntut meneladani sifat itu. Namun kasih sayang yang di ajarkan Allah adalah kasih sayang yang universal, bukan dalam pengertian sempit seperti kasih sayang seorang laki-laki pada perempuan atau sebaliknya. Kasih sayang Allah adalah kasih sayang lintas ruang, lintas identitas, terlepas dari segala atribut yang melekat pada diri makhluknya. Tidak memandang ia berbakti atau tidak, tidak memandang dia beriman atau tidak, ia tetap memberi nikmatnya pada seluruh makhluknya dengan nikmat yang tak bisa terhitung.

Momen 14 Februari, momen Hari Kasih Sayang, adalah momen yang tepat buat kita menyampaikan ide-ide kasih sayang yang universal tersebut, atas nama kasih sayang kita mendamaikan 2 orang yang berselisih, bahkan pertikaian antar kelompok dan golongan. Atas nama kasih sayang kita mengajak semua untuk berbagi pada sesama, pada kaum dhu’afa, yatim piatu, anak jalanan, dan mereka yang secara ekonomi dan sosial jauh dari kehidupan yang layak. Jadilah hari kasih sayang menjadi hari yang sarat dengan nilai-nilai kasih sayang universal. Yang di dalam islam pun diajarkan didalamnya. Yakni ajaran pembebasan dan tegaknya keadilan.

Kemenangan gereja nasrani dalam memerangi luercaila romawi bisa kita pelajari untuk memenangkan peperangan Valentine Day. Bahkan jika kita melihat sejarah Islam Indonesia, itu sudah di ajarkan oleh “wali songo” yang menyebarkan Islam di jawa dan Nusantara dengan jalan mengakulturasikan, dan membelokkan budaya yang ada agar sejalan dan sesuai dengan nilai-nilai islami. Justru dengan cara-cara yang bijak seperti itulah Islam bisa berhasil berkembang sampai seperti yang terlihat pada saat ini.

Dari sini kita bisa mengambil kaidah bahwa “Tidak semua hal/sesuatu yang tidak ada dalam Islam adalah tidak Islami” bahkan nilai-nilai/ adat yang tidak islami pun bisa kita belokkan agar bisa sejalan denga nilai yang Islami, seperti yang sudah di contohkan para wali songo, tidak harus lantas menghilangkannya. Nilai-nilai islam tidaklah sebatas label/ atribut “islam” saja, tapi substansi/ prinsip yang melekat pada suatu hal tersebut.
Akhirnya tanpa pemahaman Islam yang dinamis seperti itu, yang bisa dikondisikan dalam setiap waktu dan ruang, maka islam sebagai “Rahmatan lil ‘alamin” hanyalah akan menjadi pernyataan dan pertanyaan yang tidak akan pernah tertemu jawabannya.

Wallahu a’lam!

*Ditulis u/ buletin al khafidz dan dipublikasikan di My Qur'an

"Apa kabar Al Qur'an" *

17 Ramadhan 1428 tahun yang lalu disebuah tempat di gua Hiro Makkah Al Mukarromah Ayat dan Surat Al Qur’an yang pertama diturunkan. Dengan perintahnya
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,,,,,,” (Al Alaq: 1-5)
14 Abad sudah Al Qur’an berada ditengah-tengah umat manusia. bukan hanya bagi umat islam, seperti yang termaktub dalam QS 2: 184, Al Quran menjadi petunjuk bagi seluruh manusia. Menjadi inspirasi, dan memberi jalan keluar bagi semua masalah kehidupan, disegala bidang. Karena sebagai mukjizat yang kekal, ia telah dijamin keorisinilannya oleh Allah sendiri. Pertanyaannya adalah, sejauh manakah kita sebagai pemilik kitab suci tersebut telah memeliharanya?

Pada bulan ini, bulan Ramadhan sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an, semarak “ngurip-nngurip” Al Qur’an terjadi dimana-mana. Hampir disetiap masjid, surau, bahkan dikamar-kamar dirumah yang dihuni oleh kaum muslimin terdengan lantunan ayat suci Al Qur’an. Berbagai acara tadarrus bersama, kajian Al Qur’an, juga tidak kalah diselenggarakan oleh majlis atau lembaga yang pada bulan lain tidak pernah dilakukan. Seakan Bulan Ramadhan sebagai bulan Al Qur’an benar-benar terasa. Bukan hanya tadarrus dan kajian Al Qur’an, biasanya kegiatan tersebut dibarengi dengan acara bakti sosial, pemberian santunan untuk anak yatim dan lain-lain. Tapi sayangnya, kegiatan-kegiatan semacam itu seakan hanya “boleh” dilakukan pada bulan ramadhan. Habis bulan ramadaha, maka sepi pula masjid-masjid, surau-surau, dari lantunan ayat suci Al Qu’an. Bahkan kadang disebagian tempat dirasa ganjil jika ada tadarrus di masjid-masjid menjelang maghrib atau menunggu shubuh. Suatu hal yang tidak seharusnya terjadi. Jadi sekali lagi, sejauh mana kita telah benar-benar memelihara (“ngurip-ngurip”) Al Qur’an? Apakah cukup sekedar di bulan ramadhan saja?

Suatu hari jauh sebelum bulan ramadhan, saya pernah mendapati ditempat tinggal seorang teman, ketika merapihkan tumpukan buku yang berantakan diatas meja belajar, saya dapati Mushhaf Al Qur’an yang sudah usang, terselip hampir paling bawah dianatar tumpukan buku-buku kuliah. Saya bersihkan, sangat berdebu dan terlihat kalu ia jarang sekali, jika tidak dikatakan tidak pernah, dibaca oleh pemiliknya. Selain ditumpukan buku tersebut, saya juga menemukan mushhaf dengan terjemahannya juga diantara tumpukan buku yang sudah tidak dibaca didalam lemari. Kondisinya masih lumayan baik, tapi bau debu hampir tercium di setiap halamannya. Mungkin hal seperti itu bukan hanya ada ditempat teman saya tersebut, tetapi dibanyak tempat ditempat lainnya. Al Qur’an, berada ditumpukan yang paling bawah dari buku-buku karena ia tidak begitu sering/ penting dibaca, atau bahkan, karena dirasa mengganggu tata buku, maka ia disimpan diantara buku-buku yang memang sudah tidak lagi dibaca.
Dan pada bulan ramadhan ini, yang disebut-sebut sebagai bulan Al Qur’an, entah bagaimana kabarnya,,,

Al Quran atau Koran

Berapa bukukah, koran, novel, komik, yang bisa kita selesaikan dalam sehari? Dan bandingkan, berapa harikah, minggu, atau bulan yang kita butuhkan untuk mengkhatamkan Al Qur’an?
Perbandingannya mungkin akan cukup jauh. Mungkin kita bisa menyelesaiakan novel yang tebalnya 500an halaman lebih kurang dari satu minggu saja, ataupun untuk buku-buku yang tidak begitu tebal, maka bisa kita selesaikan beberapa buku dalam satu minggu. Ditambah beberapa komik dari persewaan yang mengeluarkan uang. Sedangkan untuk al Qur’an, yang Allah telah menyediakan ganjaran bagi yang membacanya, dengan gratis, seakan berat sekali untuk membacanya. Syukur satu bulan kita bisa mengkhatamkan membaca Al Qur’an, kadang harus tertunda sampai beberapa bulan karena terlalu “sibuk” dengan tugas-tugas lain.
Allah sendiri yang akan menjaga dan memelihara Al Qur’an, memang benar adanya, seperti yang disampaikan dalam QS Al Hijr: 9.
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”
Hal itu ditunjukkan dengan begitu banyaknya Ulama samapai anak-anak yang bukan hanya hafal Al Qur’an, tetapi juga memahami isinya. Tapi mari kita lihat disekeliling kita, berapa banyak orang yang lebih suka tadarrus sebelum atau sesudah sahur, daripada mereka yang berada di depan televisi untuk menyaksikan “Para Pencari Tuhan”?. Berapa banyak orang yang tadarrus, melantunkan ayat suci Al Quran dimasjid-masjid, dibandingkan dengan mereka yang “Ngabuburit” ria di alun-alun, super market, jalan-jalan, dengan dalih mencari takjil untuk berbuka puasa? Serelah kita bandingkan, mungkin kita bisa memposisikan, peran mana yang bisa kita pilih dari keduanya?.

Ramadhan bulan Al Qu’an, jadi sudah sepatutnya jika kita meramaikan hari-harinya dengan lebih banyak membaca Al Qur’an, lebih giat mempelajarinya. Tapi, perlu di ingat, Al Qur’an, bukanlah hanya untuk bulan ramadhan, dimana ketika bulan ramadhan kita menghidupkannya, sedangakn pada hari-hari yang lain kita seolah melupakannya. Al Qur’an pantas, dan tetap diutamakan untuk dibaca dan dipelajari pada bulan apapun, sepanjang hari, sepanjang tahun, selama hayat kita. Sehingga Al Quran bukan lagi sesuatu yang jauh dari kita, tetapi ia selalu hidup dan kita hidupkan dalam keseharian kita.

Wallahu a’lamu bishshowab!

ditulis u/ buleti Al Khafidz JQH Edisi Ramadhan 1428 H

Minggu, 30 September 2007

Islam Garis Lurus

Mikirin hadits nabi yang nyebutin nanti, ummatnya akan menjadi banyak golongan, 73 golongan! 72 masuk neraka, sesat, dan hanya satu yang benar, dan masuk surga saya selalu gelisahHadits ini tidak jaranng dijadikan dasar untuk gontok-gontokan sesama muslim.Dari berpuluh golongan yang da saat ini, tidak ada satupun yang mau diklasifikasikan yang 72 golongan itu, yang masuk neraka itu, mereka semua mengklaim golongannya adalah golongan yang satu itu, yang akan selamat. Namun yang sering merisaukan saya, klaim “paling benar” pada golongannya itu menimbulkan masalah yang tidak sehat dalam kehidupan ummat Islam.
Tidak jarang, golongan yang “paling benar” itu akhirnya menyesat2kan golongan lain yang berbeda dengannya. Eksklusivisme lahir, bukan hanya sebatas menyesat2kan, bahkan kemudian terjadi kekerasan, penggerebekan, pembakaran, yang mengatasnamakan “kebenaran”, menegakkan yang ma’ruf dan menghancurkan yang “sesat”! benar menurut golongannya, dan sesat menurut golongannya.Menurut saya, ini semua terjadi, akibat terlalu menghendaki islam dalam satu penafsiran saja, tidak membiarkan ia berkembang bersama ummat, terus hidup dan penuh gairah sejalan dengan perkembangan yang tak pernah berhenti.
Saya sering bertanya, apakah benar kebenaran itu ada hanya dalam satu golongan, dalam satu lingkaran saja? Menurut saya tidak! Karena pemahaman kebenaran yang tunggal seperti itu, akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan ini, seperti yang sudah terjadi.Dan disini saya ingin menyampaikan unek-unek saya, dan fikiran saya tentang kebenaran itu, semoga Allah menunjukinya!Saya mengandaikan kebenaran Allah itu merupakan satu titik tunggal, yaitu, islam itu, atau apa yang terkandung dalam Al Quran. Kemudian, kebenaran yang diklaim oleh golongan apapun atau siapapun, hanyalah penafsiran atas satu titik itu saja. Penafsiran itu membentuk lingkaran yang mengelilingi titik itu. Dan karena banyaknya penafsiran, maka banyak pula lingkaran2 yang mengelilingi titik itu.
Lalu dimana letak kebenaran itu, apakah pada satu lingkaran yang jaraknya terdekat dengan titik itu? Menurut saya bukan. Tapi kebenaran itu berupa garis lurus yang menghubungkan semua lingkran tersebut. Untuk memperjelasnya, saya membayangkan papan target panahan yang punya banyak lingkaran itu, hitam, putih, dan diatas papan itu, saya menarik satu garis lurus yang berangkat dari satu titik ditengah, kemudian melalui semua lingkaran yang mengelilinginya. Dan itulah kebenaran.
Jadi menurut saya, kebenaran itu milik siapapun dan golongan apapun, yang menjalankan apa yang ia yakini (golongannya), namun tidak menafikkan kebenaran atas golongan lain.Jadi, semua golongan benar? Tidak juga, tapi ada yang benar, atau bisa benar!Bisa jadi saya memahami peppecahan golongan itu hanya ada 72 saja, yang satunya, adalah himpunan dari 72 golongan itu, yang bertoleransi, saling menghargai, bekerja sama, dan jika berbeda, maka perbedaan mereka adalah dalam rangka watawa shaubil haq, dan tawa shaubishshabr!Wallahu a’lam!